Kamis, 06 Mei 2021

"Kritik / Esai Puisi - Puisi Karya Mashuri"

Hantu Kolam

: plung!

di gigir kolam
serupa serdadu lari dari perang
tampangku membayang rumpang

mataku berenang
bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap
koral di dasar yang separuh hitam
dan gelap
tak ada kecipak yang bangkitkan getar
dada, menapak jejak luka yang sama
di medan lama

segalangnya dingin, serupa musim yang dicerai
matahari
aku terkubur sendiri di bawah timbunan
rembulan
segalanya tertemali sunyi
mungkin…

“plung!”

aku pernah mendengar suara itu
tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu
yang jatuh
kerna kini kolam tak beriak
aku hanya melihat wajah sendiri, berserak

Banyuwangi, 2012-12-03

 Dalam puisi   yang berjudul “Hantu Kolam” terdiri atas 4 bait. Tiap bait terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. Bait pertama terdiri atas 4 baris, rima g, g, g, g. Mempunyai makna yaitu : plung! di gigir kolam serupa serdadu lari dari perang tampangku membayang rumpang.

Bait kedua terdiri atas 7 baris, rima g, a, g, a. Mempunyai makna yaitu mataku berenang bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap koral di dasar yang separuh hitam dan gelap tak ada kecipak yang bangkitkan getar dada, menapak jejak luka yang sama di medan lama.

Bait ketiga terdiri atas 6 baris, rima i, n, i, n. Mempunyai makna yaitu segalangnya dingin, serupa musim yang dicerai matahari aku terkubur sendiri di bawah timbunan rembulan segalanya tertemali sunyi mungkin…

          Bait ke empat  terdiri atas 6 baris, rima u, a, u, a. Mempunyai makna yaitu “plung!”. Dalam puisi tersebut dia pernah mendengar suara itu tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu yang jatuh kerna kini kolam tak beriak aku hanya melihat wajah sendiri, berserak. 

Hantu Musim

 

aku hanya musim yang dikirim rebah hutan
kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga
unggas – yang pernah mampir di pinggir semi
semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut
pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata
itu tak lebih hanya mengenal kembali peta
lama, yang pernah tergurat berjuta masa

bila aku hujan, itu adalah warta kepada ular
sawah hasratku, yang tergetar oleh percumbuan
yang kelak kita sebut sebagai cinta, entah yang
pertama atau keseribu, kerna di situ, aku mampu
mengenal kembali siku, lingkar, bulat, penuh

di situ, aku panas, sekaligus dingin
sebagaimana unggas yang pernah kita lihat
di telaga, tetapi bayangannya selalu
mengirimkan warna sayu, kelabu
dan kita selalu ingin mengulang-ulangnya
dengan atau tanpa cerita tentang musim
yang terus berganti...

Magelang, 2012

 Dalam puisi   yang berjudul “Hantu Musim” terdiri atas 3 bait. Tiap bait terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. Bait pertama terdiri atas 7 baris, rima n, a, n,a. Mempunyai makna yaitu aku hanya musim yang dikirim rebah hutan kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga unggas – yang pernah mampir di pinggir semi semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata itu tak lebih hanya mengenal kembali peta lama, yang pernah tergurat berjuta masa.

Bait ke dua  terdiri atas 5 baris, rima r, a, n,a. Mempunyai makna yaitu bila aku hujan, itu adalah warta kepada ular sawah hasratku, yang tergetar oleh percumbuan yang kelak kita sebut sebagai cinta, entah yang pertama atau keseribu, kerna di situ, aku mampu mengenal kembali siku, lingkar, bulat, penuh. 

Bait ke tiga terdiri atas 7 baris, rima n, a, n,a. Mempunyai makna yaitu dia merasakan panas, sekaligus dingin. Sebagaimana unggas yang pernah kita lihat di telaga, tetapi bayangannya selalu mengirimkan warna sayu, kelabu dan kita selalu ingin mengulang-ulangnya dengan atau tanpa cerita tentang musim yang terus berganti.

Hantu Dermaga

 

mimpi, puisi dan dongeng
yang terwarta dari pintumu
memanjang di buritan
kisah itu tak sekedar mantram
dalihmu tuk sekedar bersandar bukan gerak lingkar
ia serupa pendulum
yang dikulum cenayang
dermaga
ia hanya titik imaji
dari hujan yang berhenti
serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal
tertambat di terminal awal

tapi ritusmu bukan jadwal hari ini
dalam kematian, mungkin kelahiran
kedua
segalanya mengambang
bak hujan yang kembali
merki pantai
telah berpindah dan waktu pergi
menjaring darah kembali

Sidoarjo, 2012

 Dalam puisi   yang berjudul “Hantu Dermaga” terdiri atas 2 bait. Tiap bait terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. Bait pertama terdiri atas 12 baris, rima g, a, g, a. Mempunyai makna yaitu mimpi, puisi dan dongeng yang terwarta dari pintumu memanjang di buritan kisah itu tak sekedar mantram dalihmu tuk sekedar bersandar bukan gerak lingkar ia serupa pendulum yang dikulum cenayang dermaga ia hanya titik imaji dari hujan yang berhenti serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal tertambat di terminal awal.

Bait ke dua terdiri atas 8 baris, rima i,i,i,i. Mempunyai makna yaitu tapi ritusmu bukan jadwal hari ini dalam kematian, mungkin kelahiran kedua segalanya mengambang bak hujan yang kembali merki pantai telah berpindah dan waktu pergi menjaring darah kembali. Kita tidak akan pernah tau tentang kematian. Segala sesuatu tentang kematian yang menentukan hanyalah Allah SWT.

Mashuri lahir di Lamongan, Jawa Timur, 27 April 1987. Alumnus Sastra
Indonesia Universitas Airlangga. Buku puisi terbarunya yang akan segera
Terbit adalah Munajat Buaya Darat

KOMPAS, MINGGU, 2 DESEMBER 2012


Puisi Mashuri yang berjudul Hantu Kolam, Hantu Musim, Hantu Dermaga jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yaitu puisi Hantu Kolam mengisahkan dia pernah mendengar suara itu tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu yang jatuh kerna kini kolam tak beriak aku hanya melihat wajah sendiri, berserak. 

Puisi Hantu Musim mempunyai kisah yang mengandung makna yaitu dia merasakan panas, sekaligus dingin. Sebagaimana unggas yang pernah kita lihat di telaga, tetapi bayangannya selalu mengirimkan warna sayu, kelabu dan kita selalu ingin mengulang-ulangnya dengan atau tanpa cerita tentang musim yang terus berganti. 

Dalam puisi Hantu Dermaga terdapat kisah yang mempunyai makna yaitu tapi ritusmu bukan jadwal hari ini dalam kematian, mungkin kelahiran kedua segalanya mengambang bak hujan yang kembali merki pantai telah berpindah dan waktu pergi menjaring darah kembali. Kita tidak akan pernah tau tentang kematian. Segala sesuatu tentang kematian yang menentukan hanyalah Allah SWT.

Kelebihan dan kekurangan dari puisi Mashuri dalam judul Hantu Kolam, Hantu Musim, dan Hantu Dermaga. Kelebihannya sudah menunjukan akhir puisi yang cukup bagus. Kekuranganya dalam puisi tersebut banyak kata yang menggunakan perumpaan.

 https://puisikompas.wordpress.com/tag/mashuri/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar