Hantu Kolam
: plung!
di gigir kolam
serupa serdadu lari dari perang
tampangku membayang rumpang
mataku berenang
bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap
koral di dasar yang separuh hitam
dan gelap
tak ada kecipak yang bangkitkan getar
dada, menapak jejak luka yang sama
di medan lama
segalangnya dingin, serupa
musim yang dicerai
matahari
aku terkubur sendiri di bawah timbunan
rembulan
segalanya tertemali sunyi
mungkin…
“plung!”
aku pernah mendengar suara
itu
tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu
yang jatuh
kerna kini kolam tak beriak
aku hanya melihat wajah sendiri, berserak
Banyuwangi, 2012-12-03
Dalam puisi yang berjudul “Hantu Kolam” terdiri atas 4 bait.
Tiap bait terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. Bait pertama terdiri atas 4
baris, rima g, g, g, g. Mempunyai makna yaitu : plung! di gigir kolam serupa
serdadu lari dari perang tampangku membayang rumpang.
Bait kedua terdiri atas 7 baris, rima
g, a, g, a. Mempunyai makna yaitu mataku berenang bersama ikan-ikan, jidatku
terperangkap koral di dasar yang separuh hitam dan gelap tak ada kecipak yang
bangkitkan getar dada, menapak jejak luka yang sama di medan lama.
Bait ketiga terdiri atas 6 baris, rima
i, n, i, n. Mempunyai makna yaitu segalangnya dingin, serupa musim yang dicerai
matahari aku terkubur sendiri di bawah timbunan rembulan segalanya tertemali
sunyi mungkin…
Bait ke empat terdiri atas 6 baris, rima u, a, u, a. Mempunyai makna yaitu “plung!”. Dalam puisi tersebut dia pernah mendengar suara itu tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu yang jatuh kerna kini kolam tak beriak aku hanya melihat wajah sendiri, berserak.
Hantu Musim
aku hanya musim yang dikirim
rebah hutan
kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga
unggas – yang pernah mampir di pinggir semi
semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut
pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata
itu tak lebih hanya mengenal kembali peta
lama, yang pernah tergurat berjuta masa
bila aku hujan, itu adalah
warta kepada ular
sawah hasratku, yang tergetar oleh percumbuan
yang kelak kita sebut sebagai cinta, entah yang
pertama atau keseribu, kerna di situ, aku mampu
mengenal kembali siku, lingkar, bulat, penuh
di situ, aku panas, sekaligus
dingin
sebagaimana unggas yang pernah kita lihat
di telaga, tetapi bayangannya selalu
mengirimkan warna sayu, kelabu
dan kita selalu ingin mengulang-ulangnya
dengan atau tanpa cerita tentang musim
yang terus berganti...
Magelang, 2012
Dalam puisi yang berjudul “Hantu Musim” terdiri atas 3
bait. Tiap bait terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. Bait pertama terdiri atas 7
baris, rima n, a, n,a. Mempunyai makna yaitu aku hanya musim yang dikirim rebah
hutan kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga unggas – yang pernah mampir
di pinggir semi semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut pertemuan awal, meski
kita tahu, tetap mata itu tak lebih hanya mengenal kembali peta lama, yang
pernah tergurat berjuta masa.
Bait ke dua terdiri atas 5 baris, rima r, a, n,a.
Mempunyai makna yaitu bila aku hujan, itu adalah warta kepada ular sawah
hasratku, yang tergetar oleh percumbuan yang kelak kita sebut sebagai cinta,
entah yang pertama atau keseribu, kerna di situ, aku mampu mengenal kembali
siku, lingkar, bulat, penuh.
Bait ke tiga terdiri atas 7 baris,
rima n, a, n,a.
Hantu Dermaga
mimpi, puisi dan dongeng
yang terwarta dari pintumu
memanjang di buritan
kisah itu tak sekedar mantram
dalihmu tuk sekedar bersandar bukan gerak lingkar
ia serupa pendulum
yang dikulum cenayang
dermaga
ia hanya titik imaji
dari hujan yang berhenti
serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal
tertambat di terminal awal
tapi ritusmu bukan jadwal
hari ini
dalam kematian, mungkin kelahiran
kedua
segalanya mengambang
bak hujan yang kembali
merki pantai
telah berpindah dan waktu pergi
menjaring darah kembali
Sidoarjo, 2012
Dalam
puisi yang berjudul “Hantu Dermaga”
terdiri atas 2 bait. Tiap bait terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. Bait pertama
terdiri atas 12 baris, rima g, a, g, a. Mempunyai makna yaitu mimpi, puisi dan
dongeng yang terwarta dari pintumu memanjang di buritan kisah itu tak sekedar
mantram dalihmu tuk sekedar bersandar bukan gerak lingkar ia serupa pendulum
yang dikulum cenayang dermaga ia hanya titik imaji dari hujan yang berhenti
serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal tertambat di terminal awal.
Bait ke dua terdiri atas 8 baris, rima
i,i,i,i. Mempunyai makna yaitu tapi ritusmu bukan jadwal hari ini dalam
kematian, mungkin kelahiran kedua segalanya mengambang bak hujan yang kembali merki
pantai telah berpindah dan waktu pergi menjaring darah kembali. Kita tidak akan
pernah tau tentang kematian. Segala sesuatu tentang kematian yang menentukan
hanyalah Allah SWT.
Mashuri lahir di Lamongan, Jawa Timur, 27 April
1987. Alumnus Sastra
Indonesia Universitas Airlangga. Buku puisi terbarunya yang akan segera
Terbit adalah Munajat Buaya Darat
KOMPAS, MINGGU, 2 DESEMBER 2012
Puisi Mashuri yang berjudul Hantu Kolam, Hantu Musim, Hantu Dermaga jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yaitu puisi Hantu Kolam mengisahkan dia pernah mendengar suara itu tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu yang jatuh kerna kini kolam tak beriak aku hanya melihat wajah sendiri, berserak.
Puisi Hantu Musim mempunyai kisah yang mengandung makna yaitu dia merasakan panas, sekaligus dingin. Sebagaimana unggas yang pernah kita lihat di telaga, tetapi bayangannya selalu mengirimkan warna sayu, kelabu dan kita selalu ingin mengulang-ulangnya dengan atau tanpa cerita tentang musim yang terus berganti.
Dalam puisi Hantu Dermaga terdapat kisah yang mempunyai makna yaitu tapi ritusmu bukan jadwal hari ini dalam kematian, mungkin kelahiran kedua segalanya mengambang bak hujan yang kembali merki pantai telah berpindah dan waktu pergi menjaring darah kembali. Kita tidak akan pernah tau tentang kematian. Segala sesuatu tentang kematian yang menentukan hanyalah Allah SWT.
Kelebihan dan kekurangan dari puisi Mashuri dalam judul Hantu Kolam, Hantu Musim, dan Hantu Dermaga. Kelebihannya sudah menunjukan akhir puisi yang cukup bagus. Kekuranganya dalam puisi tersebut banyak kata yang menggunakan perumpaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar