Rabu, 12 Mei 2021

Kritik dan Esai Puisi Sutadji Calzoum Bachri "Idul fitri"

Idul Fitri

                      Puisi  Sutadji Calzoum Bachri

Lihat

Pedang tobat ini menebas-nebas hati

dari masa lampau yang lalai dan sia

Telah kulaksanakan puasa ramadhanku,

telah kutegakkan shalat malam

telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang

Telah kuhamparkan sajadah

Yang tak hanya nuju Ka’bah

tapi ikhlas mencapai hati dan darah

Dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menunggu

Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya

Maka aku girang-girangkan hatiku

Aku bilang:

Tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malam

Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang

Namun si bandel Tardji ini sekali merindu

Takkan pernah melupa

Takkan kulupa janji-Nya

Bagi yang merindu insya Allah ka nada mustajab Cinta

Maka walau tak jumpa denganNya

Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini

Semakin mendekatkan aku padaNya

Dan semakin dekat

semakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa

O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini

ngebut

di jalan lurus

Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir

tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia

Kini biarkan aku meneggak marak CahayaMu

di ujung sisa usia

O usia lalai yang berkepanjangan

Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus

Tuhan jangan Kau depakkan aku lagi ke trotoir

tempat aku dulu menenggak arak di warung dunia

Maka pagi ini

Kukenakan zirah la ilaha illAllah

aku pakai sepatu sirathal mustaqim

aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id

Aku bawa masjid dalam diriku

Kuhamparkan di lapangan

Kutegakkan shalat

Dan kurayakan kelahiran kembali

di sana

Dalam puisi “Sutadji Calzoum Bachri  yang berjudul Idul Fitri terdiri atas 1 bait. Tiap bait terdiri atas 8 sampai 12 suku kata. Terdiri atas 44 baris, rima i,a,i,a  Mempunyai makna yaitu Lihat pedang tobat ini menebas-nebas hati. Dari masa lampau yang lalai dan sia. Telah kulaksanakan puasa ramadhanku. Telah kutegakkan shalat malam. Telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang. Telah kuhamparkan sajadah yang tak hanya nuju Ka’bah tapi ikhlas mencapai hati dan darah dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menunggu. Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya maka aku girang-girangkan hatiku Aku bilang:

Tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malam. Belumlah cukup untuk menggerakkan dia datang. Namun si bandel tardji ini sekali merindu. Takkan pernah melupa. Takkan kulupa janji-nya. Bagi yang merindu insya allah ka nada mustajab cinta. Maka walau tak jumpa dengannya. Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini. Semakin mendekatkan aku padanya dan semakin dekat semakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa. O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini ngebut di jalan lurus. Jangan kau depakkan lagi aku ke trotoir. Tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia. Kini biarkan aku meneggak marak cahayamu di ujung sisa usia. O usia lalai yang berkepanjangan yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus. Tuhan jangan kau depakkan aku lagi ke trotoir. Tempat aku dulu menenggak arak di warung dunia. Maka pagi ini kukenakan zirah la ilaha illallah. Aku pakai sepatu sirathal mustaqim. Aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id. Aku bawa masjid dalam diriku. Kuhamparkan di lapangan. Kutegakkan shalat dan kurayakan kelahiran kembali di sana.

Dalam puisi Sutardji Calzoum Bachri terdapat judul Idul Fitri memiliki makna  dia melaksankan puasa ramadhan, lalu menegakkan sholat malam, telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang. Sajadah tersebut telah digelar. Namun,  tak hanya nuju Ka’bah tapi ikhlas mencapai hati dan darah. Di malam lailatul qadar dia menunggu. Ada malaikat Jibril atau malaikat lainnya. Maka aku girang-girangkan hatiku. Ada orang yang ingin minuman keras, mabuk, dan lain-lain di jalan trotoar yang lurus, kemudian ada cahaya yang memancarkan. Namun, pagi ini . Kukenakan zirah la ilaha illAllah. Dia memakai sepatu sirathal mustaqim. Berjalan lurus menuju lapangan tempat shalat Id. Dia berada dalam masjid yang berada di lapangan, lalu menegakkan shalat dan merayakan kembali disana. Kutegakkan shalat dan kurayakan kelahiran kembali di sana.

Puisi Sutardji Calzoum Bachri terdapat judul Idul Fitri jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yaitu di hari idul fitri banyak kemenangan dan keberkahan. Setelah menunaikan ibadah puasa ramadhan, menunaikan zikir, sholat malam di Lailatul qadar. Ada orang pemabuk di jalan trotoar kemudian mendapat cahaya. Akhirnya dia bisa menunaikan sholat idul fitri bersama-sama.

Kelebihan dan kekurangan dari puisi Sutardji Calzoum Bachri terdapat judul Idul Fitri. Kelebihannya sudah menunjukan akhir puisi yang cukup bagus. Kekuranganya dalam puisi tersebut banyak kata yang menggunakan perumpaan.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar